Bos Kamu Galak? Jangan Buru-buru Resign

img-blog-bos_galak-1620x1074

Satu hal penting untuk dipahami jika Anda sudah memutuskan untuk menjadi seorang profesional adalah harus siap berhadapan dengan atasan. Dengan mental tersebut, paling tidak Anda sudah memiliki modal dasar untuk menghadapi atasan yang sulit.

Bagaimana ciri-ciri atasan yang sulit?

  • Tidak memahami arahan perusahaan
  • Perintahnya berganti-ganti
  • Moody
  • Gampang marah/tersinggung
  • Insecure

Jika bos Anda memiliki ciri-ciri di atas, jangan serta-merta berkecil hati, apalagi resign. Yang harus diingat adalah bahwa sadar atau tidak, setiap hari Anda menghabiskan lebih banyak waktu di kantor dari pada di rumah. Banyak dari Anda yang mungkin harus berangkat dari rumah pukul 5.00 pagi untuk mengejar jam kantor pukul 8.00. Saat jam kantor berakhir pukul 17.00 pun Anda sampai rumah sudah pukul 20.00 dan mungkin sudah lelah. Akan sangat disayangkan jika Anda tidak bisa akur dengan rekan kerja, karena kemudian Anda menghabiskan sebagian besar waktu Anda untuk stres. Kasihan keluarga di rumah, bukan?

Jika Anda adalah seorang atasan, baca 5 Mitos Leadership yang Salah untuk menjaga motivasi dan hubungan dengan anak buah Anda. Jika atasan Anda adalah seorang yang sulit, berikut tips-nya:

  1. Rajin mencatat perintah dan aktivitas di kantor
    Jika atasan Anda pagi hari memberi perintah A, lalu siangnya berubah menjadi B, dan sorenya berubah menjadi C, penting bagi Anda untuk mencatat atau mendokumentasikan perintah dan aktivitas Anda bersama atasan. Jika perintah diberikan secara lisan, segera kirim email konfirmasi kepada atasan Anda, baik yang sifatnya notulensi maupun laporan. Ini untuk melindungi diri Anda.
  2. Bantu atasan Anda memberi arahan yang lebih baik
    Adalah hal yang penting untuk tetap akur dengan atasan, sesulit apapun karakternya. Bantu atasan Anda “membuka mata” dan cari tahu bagaimana Anda dapat membantunya supaya dapat memberikan arahan yang lebih baik. Tak jarang atasan kita juga mengalami masalah yang sama dengan atasannya.
  3. Pahami objectives Anda
    Dalam ilmu HR, yang harus diimplementasikan adalah shared objectives, yaitu setiap elemen di dalam organisasi memiliki dan memahami objectives masing-masing bagi perusahaan.
  4. Minta saran dari rekan lain
    Jika atasan Anda pernah memimpin atau satu tim dengan rekan lain, tidak ada salahnya meminta masukan darinya. Dapatkan tips berharga dari mereka.
  5. Pendekatan kultur
    Pendekatan kultur bisa sangat membantu. Jika kita memahami kultur atau kebiasaan atasan, niscaya kita akan mampu berkomunikasi dengan lebih baik dan menemukan harmonisasi kerja.

Jika kelima tips di atas tidak membawa hasil, berikut tiga langkah berikutnya:

  1. Lakukan audit
    Cek dengan rekan kerja yang lain apakah mereka juga merasakan frustrasi yang sama. Ada berapa orang yang “bernasib” sama? Jika memang jumlahnya cukup signifikan, maka Anda bersama rekan-rekan yang senasib bisa menemui atasan dari atasan Anda dan menceritakan keluh kesah Anda.
  2. Menghadap HR
    Jika langkah pertama di atas tidak membuahkan hasil, Anda bisa menghadap HR dengan membawa bukti-bukti yang akurat. Jika memang yang dilakukan atasan Anda termasuk dalam kategori office bullying, Anda berhak menghadap HR.
  3. Resign
    Resign adalah jalan terakhir yang benar-benar harus Anda pikirkan baik-baik secara matang. Jangan buru-buru mengambil keputusan untuk berhenti. Rugi kalau Anda yang keluar padahal bos Anda yang tidak kompeten. Anda bekerja untuk perusahaan, bukan untuk atasan Anda.

Semoga tips di atas menjadi catatan positif bagi Anda.

Leave a comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.