Integritas: Kunci Profesional Bebas Korupsi

Kasus korupsi yang menjerat salah satu profesional top di perusahaan BUMN kini sedang ramai dibicarakan. Meski yang bersangkutan sudah lama tidak bekerja di perusahaan tersebut, status tersangka tetap dikenakan atas dugaan praktik korupsi yang dilakukannya selama menjabat.

Saya pernah tidak sengaja bertemu beliau sekali saja dalam sebuah acara di Melbourne. Meski tidak mengenalnya secara pribadi, namun saya tidak terkejut bahwa hal seperti itu dapat menimpa seorang profesional top sepertinya. Memang korupsi dapat dilakukan oleh siapa saja.

Ketika masih menjadi profesional kelas guram, masih di entry level, banyak dari kita belum memiliki akses ke budget. Namun ketika mulai menapaki posisi senior, godaan-godaan korupsi mulai menghampiri. Value integritas harus Anda pegang teguh.

Mengawali karir di salah satu anak perusahaan Astra, saya mendapatkan doktrin bahwa korupsi merupakan dosa besar. Selama proses induksi dan pelatihan, kami selalu diingatkan, dan value tersebut selalu saya bawa hingga hari ini.

Celah bagi para profesional untuk melakukan korupsi itu beragam, namun umumnya bermuara di pengadaan barang dan jasa. Dari hal yang sepele sekali seperti pengadaan merchandise hingga pembelian billboard atau media luar ruang dan pembelian mesin pesawat. Celah lainnya bisa melalui insentif Sales ke jaringan distribusi atau dealer, dan masih banyak lagi.

Sebagai contoh, pembelian satu media outdoor seperti billboard saja bisa ada kickback yang besarannya tiga kali gaji bulanan Anda. Bayangkan Anda tidak melakukan apa-apa langsung bisa mendapatkan uang kaget sebesar tiga bulan gaji Anda. Sebagai profesional yang memegang teguh integritas, Anda harus mampu menolaknya. Caranya? Mintakan menjadi diskon yang dikembalikan lagi ke perusahaan. Anda bisa mengatakan, “Berarti sebenarnya masih bisa lebih murah dong harga billboardnya? Tolong berikan diskon saja dikembalikan ke perusahaan yah.”

Jika suatu waktu seorang supplier hendak memberi Anda cek senilai seratus juta untuk approval atas pengadaan sejumlah merchandise, panggil saja beberapa anggota tim Anda ke ruangan dan katakan, “Teman-teman, Bapak/Ibu ini mau mentraktir seluruh tim makan malam nanti.” Jelaskan juga ke supplier Anda, “Terima kasih, tapi saya tidak perlu Anda beri kickback. Saya tidak akan menerimanya. Tapi, kalau sekedar mentraktir makan tim, saya terima,” sambil menambahkan, “Pembelian selanjutnya dapat diskon seratus juta ya?”

Mungkin Anda bertanya-tanya, mengapa masih ada profesional yang bergaji tinggi namun masih korupsi? Jawabannya adalah gaya hidup. Seiring bertambahnya penghasilan, gaya hidup juga umumnya akan mengikuti. Apalagi kalau sudah berada di lingkungan yang mendukung gaya hidup lebih; keinginan untuk memiliki materi serupa menjadi perlombaan.

Tidak ada korelasi yang berbanding terbalik antara gaji tinggi dan korupsi. Malahan, semakin tinggi pendapatan, bisa jadi semakin korupsi. Pada akhirnya, semua itu soal pilihan. Sebagai contoh, pagi ini saya mau berangkat kantor naik BMW, Harley, atau KRL. Akhirnya pilihan saya jatuh ke KRL; lebih cepat meski harus berdesak-desakan.

Mampukah kita memegang teguh integritas dan menerapkan gaya hidup yang bijak seiring bertambanya posisi dan gaji? Semua kembali pada diri masing-masing dan pertanggungjawaban pada Sang Pencipta.

Leave a comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.